Ibadah & pengakuan
Pada PPI “Kabar
Mempelai” tahap II di gedung GO SKATE Surabaya, bulan Oktober 1981 y.I., telah
di proklamirkan Pengajaran Mempelai di dalam terangnya pengajaran Tabernakel
secara terbuka. Pada waktu itu banyak diantara kita, baik hamba Tuhan maupun
umat Tuhan mengadakan ikrar dan pengakuan dihadapan Tuhan untuk secara
konsekwen berperang dan menghayati pengajaran ini.
Di dalam memasuki
tahun 1982, marilah kita membuktikan pengakuan kita ini, agar jangan kita kelak
menyangkal Tuhan.
*Lukas
12 : 8 – 10.
Siapa yang menyangkal
Tuhan akan di sangkal oleh-Nya dan penyangkalan sedemikian ini akan menjurus
kepada perkataan yang melawan Anak Manusia sekalipun untuk berbuat demikian
masih ada pengampunan. Tetapi jika hal ini di biarkan, ia akan sampai kepada
penghojatan terhadap Roh Elkudus; dan jika demikian maka ini berarti tidak ada
pengampunan lagi. Manusia sejak Adam sampai dengan kedatangan Tuhan yang ke dua
kali, hidup di dalam 3 zaman, yakni:
-
Zaman
Allah Bapa : dari adam s/d Ibrahim;
-
Zaman
Allah Anak : dari Ibrahim s/d
kedatangan Tuhan I;
-
Zaman
Allah R.E. : dari kedatangan Tuhan
I s/d kedatangan Tuhan II.
Sesudah zaman RE,
tidak ada lagi zaman bagi manusia untuk beroleh pengampunan dan perdamaian
serta kesempatan untuk di tebus.
Pengakuan kita
terhadap pengajaran mempelai yang artinya mengaku DIA sebagai Mempelai
Laki-laki Surgawi merupakan positivitas dari pada ibadah kita, agar Tuhan juga
mengaku kita sebagai mempelai perempuan-Nya, yakni suatu kehidupan yang di
permuliakan.
Ada beberapa syarat
yang mutlakn untuk sampai pada pengakuan semacam ini, yakni:
1.
Meninggalkan
dan menjauhkan cara ibadah yang pura-pura atau munafik.
*Lukas
12 : 1 – 3.
Tuhan menghendaki
supaya berjaga-jaga terhadap ragi Parisi yakni “kemunafikan”. Jangan sampai roh
munafik sempat di selundupkan de dalam kehidupan kita oleh ragi, yakni
pengajaran Parisi --- pengajaran yang tidak sehat dan tidak murni (Matius
16:12).

Wanita=gereja
3 sukatan tepung =
pengajaran yang murni, pengajaran dari Allah Trinitas.
Ragi yang mengasamkan
(=pengajaran yang tidak sehat) itulah yang membuat orang berpura-pura juga
dalam ibadahnya.
Sebab tidak mengalami
penyucian oleh pengajaran yang murni, maka ibadah seorang itu di tandai dengan
kemunafikan. Hal ini tidak bisa di tutup (Lukas 12:2, 3), seperti halnya orang
Parisi yang tidak mengalami perubahan/penyucian.
Tuhan tidak
menghendaki kita menyangkali pengajaran yang telah di proklamirkan, apabila
kenyataannya oleh pengajaran praktis ini kita mengalami penyucian. Jika
pengajaran ini sudah membuktikan penyuciannya, maka sangat di sesalkan jika
pengajaran ini di sangkal, karena condong pada pendapat-pendapat lain.
2.
Syarat
yang kedua ialah : kita harus takut kepada Allah dan tidak takut kepada manusia
sekalipun diancam, karena manusia hanya berkuasa membunuh tubuh, sedangkan
Allah bisa membunuh tubuh dan melemparkannya ke dalam neraka!
Jangan menjadi Kristen
yang takut atau segan kepada manusia, sekalipun secara tubuh terancam, karena
ini sudah merupakan benih penyangkalan.
*Lukas 12 : 4 – 5
(Seruan Tuhan kepada
sahabat-sahabatNya)
Pengakuan kita tidak
sepenuhnya, jika masih di sertai dengan rasa takut atau segan terhadap manusia.
*Yohanes
15 : 12 – 16
Sahabat Allah adalah
mereka yang mengasihi sesama, yakni mereka yang di pilih oleh-Nya.
*Kidung Agung 1 : 15 dan 2 : 2
Sahabat Mempelai Pria
Surgawi begitu elok merupakan bunga bakung, yakni kehidupan yang mengalami
penyucian hingga bisa menyerah dan bersandar sepenuhnya kepada DIA, tidak
disibukkan oleh kekhawatiran duniawi ini. – Kemudian demikian dilindungi oleh
Tuhan sebagai mempelai perempuanNya, jika ia terancam – ini ibadah yang sejati.
3.
Syarat
yang ketiga ialah jika kita menghargai setiap kesempatan berada di dalam Rumah
Allah.
*Lukas
12 : 6 - 7
Burung pipit atau
burung gereja adalah burung yang suka berada dan bersarang di dalam
rumah-rumah, terutama di dalam gedung gereja; itu sebabnya burung gereja ini
ada hubungannya dengan persoalan “rumah”.
Kalau Tuhan memberi
rumah kepada burung-burung gereja, maka Tuhan menghargai kita lebih dari
burung-burung gereja. Yang terutama dan terpenting bagi kita adalah memiliki
rumah untuk beribadah, baik dalam pengertian lahiriah, terutama dalam
pengertian rohani. Kehidupan yang tidak tahu beribadah, tidak ada sangkut
pautnya dengan rumah Allah.
*Mazmur
84 : 2,4,5, 11 – 13
Menghargai kesempatan
untuk berada di dalam Rumah Allah adalah lebih berbahagia dari pada
kesempatan-kesempatan lainnya.
Untuk apa kita berada
di dalam Rumah Allah? Untuk mengadakan
pengakuan, yakni melaksanakan ibadah yang berkenan kepada Tuhan.
Kita harus mengambil
manfaat dari ibadah kita; jangan beribadah sia-sia. Pengajaran yang sehat
adalah pengajaran yang mendorong jemaat untuk menghargai ibadah.
1
Timotius 4 : 7b – 11
Kita harus mengubah
sikap dan cara ibadah yang salah, antara lain suka dan biasa datang terlambat,
suka mengantuk, kurang bergairah, selalu member komentar dan kritik, sikap acuh
dalam menghadapi Firman Allah, merasa diri benar dan lebih baik dari orang
lain, menolak pekerjaan penyucian Tuhan atas kehidupannya, kurang menghargai
ketertiban dari Roh Elkudus, dsb-nya.
Semua ini tidak
merupakan pengakuan yang benar.
Itu sebabnya marilah kita menanggapi
dan mencamkan pesan Tuhan sebagai bekal hidup dalam segala kegiatan kita
terutama kegiatan ibadah dan imamat kita dalam tahun 1982 ini.
(Red: petikan khotbah kebaktian tutup-buka tahun
1981/1982 di gereja johor).