Oleh : Pdt. In Juwono
Dimana-mana pemerintahan di dunia ini ingin memperbaiki
dan menerbitkan struktur pemerintahannya bagi kesejahteraan rakyat dan
masyarakatnya. Tidak beda halnya dalam jajahan Romawi di bawah Kaisar Agustus, di
mana terjadi sensus penduduk sehingga masing-masing harus kembali ketempat
asalnya.
Demikian juga Yusuf dan Maria harus meninggalkan Nasaret
untuk kembali ke kota asalnya yakni Betlehem (artinya Rumah Roti) di negeri
Yehuda, Kalau bayi Yesus, yakni Anak Domba Allah Penebus umat manusia,
dilahirkan di sebuah kandang dan di baringkan dalam palungan (sedangkan
palungan adalah tempat makanan binatang-binatang yang di gembalakan), maka
seolah-olah Yusuf mengambil kedudukan seorang gembala. Dan jika ia adalah keturunan
Daud, maka ia telah “kembali” pada jabatan semula leluhurnya, yakni Daud yang
adalah juga seorang gembala domba-domba (1 Samuel 16:11).
Kalau
pemerintah di dunia ini memperhatikan kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran
rakyatnya, terlebih pemerinta kerajaan Surga dengan kelahiran Sang Juru Selamat
dan Pendamai antara manusia dengan Allah supaya manusia yang menjadi umatNya
karena penebusanNya, beroleh damai sejahtera, hidup dalam keadilan - kebenaran dan diberkati. Jalannya adalah
jika kita “kembali” pada
penggembalaanNya dan ini berarti:
1.
Kembali kepada Allah untuk lebih mengenalNya dan mengalami kehidupan yang dibangun serta
bertumbuh rohani ( seperti hujan awal dan hujan akhir ).
Hosea 6 : 1 – 3
Sekalipun untuk ini kita diijinkan Tuhan untuk mengalami
hajaran atau pukulan guna menyadarkan kita agar kembali kepadaNya, karena IA
mengasihi kita. Kembali kepada Allah, untuk saling kembali satu dengan lainnya
dalam hubungan nikah dan rumah tangga, juga dalam hubungan dengan sesama.
2. Perbaikan dalam hubungan kekeluargaan, di mana ayah kembali kepada anak-anaknya dan
sebaliknya. Kegenapannya terjadi pada kedatangan Tuhan yang kedua, sebelum
terjadi penghukuman yang besar dan dahsyat itu.
Malaeakhi 4:1,5-6
Jika kita ingin luput dari penghukuuman yang dahsyat,
biar kita mau mengalami perbaikan dalam hubungan kekeluargaan dimana orang tua
dengan anak-anak saling kembali dan diperdamaikan.
3. Kembali kepada
kasih Allah untuk menjadi kehidupan yang dikasihi dan dipilih oleh
Allah seperti Yakub. – Ini berarti kita harus menghargai kasihNya dalam usaha
kegiatan ibadah dan tahbisan, tidak bermegah atas kemampuan diri sendiri.
Maleakhi 1 : 1 – 6; Rum 9 : 10 – 13
Kitab Maleakhi
adalah kitab yang banyak bicara hal “kembali”,– walaupun dalam Maleakhi 1:1-6
tidak dijumpai perkataan “kembali” namun isinya adalah kembali pada kasih Allah
dan jangan di kuasqai oleh hawa nafsu seperti Esaf ( Ibrani 12 : 16 – 17).
Inilah berita Natal yang disampaikan dalam “KEBAKTIAN NATAL PERSEKUTUAN
KABAR MEMPELAI” yang telah diadakan di gedung “ GO SKATE” Surabaya Indah pada
hari senin tanggal 28 Desember 1981 yang baru lalu.
Klimaks daripada undangan Tuhan untuk “kembali” ini dinyatakan dalam
kehidupan muda remaja lari dari dan merebahkan diri di mezbah Tuhan dengan
cucuran dan linangan air mata diikuti degan tindakan berdamai dan kembali
kepada orang tua, setelah lebih dahulu kembali dan berdamai dengan Allah.
Perhatian daripadqa umat Kristen begitu besar, sehigga padat oleh para
pengunjung yang jumlahnya melebihi kapasitas tempat duduk gedung itu sendiri,
kendatipun hujan yang sangat lebat dan genangan air yang tinggi dibahagian
utara kota Surabaya. Namun semuanya ini seijin Tuhan, karena IA sangat
memperhatikan dan mengasihi umatNya, khususnya yang berdiam di kota Surabaya.
No comments:
Post a Comment